Op-Amp Sebagai Penguat Instrumentasi
Penguat instrumentasi merupakan penguat yang dibangun dari dua buah
penguat non-inverting yang kemudian output-nya dihubungkan dengan sebuah
penguat differensial. Dengan kombinasi dari beberapa rangkaian penguat
membuat penguat instrumentasi memiliki beberapa kelebihan, antara lain:
- Memiliki level penguatan yang tinggi
- Memiliki parameter CMMR yang tinggi
- Memiliki impedansi masukan yang tinggi
- Tahan terhadap derau (noise)
- Konsumsi daya yang rendah
Dengan kelebihan-kelebihan tersebut, membuat penguat instrumentasi
digemari dan dipakai pada kebanyakan instruemen di industri. Pada industri,
penguat instrumentasi difungsikan untuk menguatkan sinyal dari keluaran sesor
yang pada umumnya memiliki nilai sinyal yang kecil. Gambar 1. menunjukan
rangkaian penguat Instrumentasi.
Gambar 1. Rangkaian Penguat Instrumentasi |
Analisis Rangkaian Penguat Instrumentasi
Untuk mempermudah analisis rangkaian penguat instrumentasi, dapat
dilakukan dengan cara membagi penguat instrumentasi menjadi dua bagian
yaitu pada bagian penguat differensial dan bagian penguat non-inverting.
Analisis Pada Bagian Penguat Differensial
Secara umum bagian penguat differensial yang digunakan pada penguat
instrumentasi memiliki nilai R1 = R2 dan Rf3 = Rg2. Hal ini dilakukan agar
persamaan yang didapatkan sesuai dengan persamaan pada bagian penguat
non-inverting. Dengan menggunakan Gambar 1. dan mengingat kembali
persamaan penguat differensial pada postingan Opamp sebagai penguat differensial , akan didapatkan
persamaan tegangan keluaran dari bagian penguat differensial, yaitu:
Persamaan (0)
Analisis Pada Bagian Penguat Non-Inverting
Untuk memulai analisis pada bagian penguat non-inverting, terapkan
hukum Kirchoff arus pada titik cabang A dan B serta asumsi I+ = I- = 0, sehingga
gambar dari bagian penguat non-inverting menjadi seperti Gambar 2.
Gambar 2. . Analisis Rangkaian Penguat Instrumentasi Bagian Penguat Non-Inverting |
Dengan asumsi I+ = I- = 0, membuat Rf1, Rg1, dan Rf2 pada Gambar 2. tampak
seperti rangkaian seri. Sehingga nilai arus yang mengalir pada masing-masing
resistor Rf1, Rf2 dan Rg1 adalah sama:
Persamaan (1)
Dengan menggunakan hukum Ohm pada persamaan (1) dapat diperoleh
persamaan arus Ig1 terhadap output:
Persamaan (2)
Jika nilai Rf1 = Rf2, maka persamaan pada Ig1 menjadi:
Persamaan (3)
Dengan asumsi nilai V+ = V-, maka dapat dituliskan bahwa nilai tegangan pada
titik cabang A yaitu VA = V1 dan nilai tegangan pada titik cabang B yaitu VB =
V2. Dengan menggunakan teori tegangan titik simpul pada VA dan VB, dapat
diperoleh persamaan arus Ig1 terhadap input:
Persamaan (4)
Dengan mensubtitusikan persamaan (3) ke dalam persamaan (4), dapat
diperoleh persamaan tegangan keluaran dari bagian penguat non-inverting:
Persamaan (5)
Untuk memperoleh persamaan yang sesuai dengan persamaan pada bagian
penguat differensial. Maka nilai tegangan pada kedua sisi dari persamaan (5)
nilainya diinvers menjadi:
Persamaan (6)
Analisis Akhir Penguat Instrumentasi
Untuk memperoleh persamaan tegangan keluaran dari penguat instrumentasi,
subsitusikan persamaan (0) pada persamaan (6):
Persamaan (7)
Jika penguatan merupakan perbandingan antara tegangan keluaran dan
tegangan masukan, maka dari persamaan (7) dapat diperoleh penguatan
total dari penguat instrumentasi yaitu:
Persamaan (8)
Keterangan:
AV = penguatan tegangan
Vin = tegangan masukan
Vout = Tegangan Keluaran
Contoh Soal
Penguat instrumentasi memiliki nilai Rg1 = 400 Ω, Rf1 = Rf2 = 800 Ω,
R1 = R2 = 1k2 Ω, dan Rg2 = Rf3 = 2k4 Ω. Tentukan berapa nilai tegangan keluar
dan penguatan total dari penguat instrumentasi tersebut jika tegangan masukan
yang diberikan yaitu V1 = 4 V dan V2 = 6 V!
Jawab :
Untuk menghitung nilai tegangan keluaran dari penguat instrumentasi dapat
dilakukan menggunakan persamaan (7):
Untuk menghitung nilai penguatan dari penguat dapat dilakukan menggunakan
persamaan (8):
Terimakasih, sangat membantu sekali
BalasHapus